Jumat, 29 Januari 2010

PILIHAN-PILIHAN SULIT (Al Khiyaratus Sha’bah)


Pilih memilih menjadi keseharian hidup ini. Memilih menjadi kegiatan yang sering kita alami. Ia bagian dari hidup manusia. Karena sesungguhnya Allah SWT. menjadikan manusia sebagai makhluk yang boleh menentukan pilihan. Baik dilakukan secara perseorangan ataupun diputuskan secara berkelompok. Meski banyak orang memilih tanpa menetapkan patokan baku. Yang menjadi ukuran hanya atas dasar kecenderungan dan kepentingan. Amat mungkin pilihan itu mudah untuk diputuskan. Namun tidak jarang pilihan yang muncul sulit untuk ditetapkan.

Paling tidak ada beberapa fenomena yang perlu dipahami dalam menentukan suatu pilihan, sehingga dengan memahami ini maka seseorang dapat melihat dan menentukan pilihan yang terbaik kemudian tidak menyesal setelah menentukan pilihannya.

1. At Tadbirur Rabbani (Rekayasa Allah SWT)

Kadang, pilihan itu datang karena Allah SWT yang memberikannya. Meski kita tidak menyukainya. Seperti terjadinya perang Badar. Awalnya peristiwa ini dirancang hanya sebagai ekspedisi militer untuk menakut-nakuti pasukan Quraisy. Mereka tidak menyangka bahwa kejadian itu akhirnya menjadi perang besar. Lantaran kedatangan pasukan kafir Quraisy maka Allah SWT menghadapkan kaum muslimin untuk menghadapinya.

Orang-orang mukmin pada saat itu sebenarnya tidak menghendaki perang tersebut. Ketidaksiapan mereka akan perang besar itu menjadi kendala besar yang membuat mereka mengajukan pandangan kepada Rasulullah SAW sehingga ada yang berpandangan untuk kembali ke Madinah mengajak kaum muslimin lainnya dengan berbagai perlengkapan dan assesoris peperangan. Akan tetapi bagi Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan tidak ada pilihan lain kecuali berperang. Karenanya tidak ada pilihan lain bagi orang-orang mukmin kecuali menerimanya dengan lapang dada. Meskipun pilihan tersebut tidak mereka sukai.

كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ

“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya”. (Al-Anfal: 5).

Hal ini pun sangat mungkin kita alami. Ketika kita menghadapi suatu masalah sering kita tidak menghendaki masalah itu muncul. Malah mungkin kita akan lari meninggalkannya. Tetapi Allah SWT tidak menyukai hal itu sehingga kita harus menentukan pilihan yang memang telah dirancang-Nya buat kita. Dalam menyikapi ini hanya satu yang perlu dikedepankan yakni; berupaya lapang hati menerima pilihan Allah SWT. meski tidak kita inginkan.

2. Al Mabadi al-Imaniyah (Prinsip Keimanan)


Datangnya pilihan, dipandang kebanyakan orang dengan ukuran senang dan tidak. Padahal kesenangan dan kebencian terhadap sesuatu amat relatif ukurannya. Bahkan ia acap sangat temporer. Suatu waktu menyenangkan bisa jadi pada waktu yang lain amat memuakkan.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah:216)

3. Ma’rifatu Atsaril Khiyarah (Mengenal Resiko Pilihan)

Ketika menentukan pilihan juga harus melihat resiko apa yang bakal diperolehnya agar pilihannya tidak membuat ia celaka. Atau sebaliknya ia perlu mengambil sikap atas pilihannya apakah buruk di dunia atau buruk di akhirat.

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Yusuf berkata:” Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk ( memenuhi keinginan mereka ) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”. (Yusuf: 33)

4. Ri’ayatul Junud (Penjagaan Kader Dakwah)


Islam memandang untuk memperhatikan generasi mendatang sebagai pewaris dakwah ini. Maka ketika pilihan itu muncul juga perlu pertimbangan untuk menjaga keutuhan dan kebaikan kader-kader dakwah berikutnya.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa’: 9)

Ad Dhawabith (nilai-nilai)


Adapun dalam menentukan suatu pilihan perlu adanya dhawabit yang jelas, sehingga dengan dhawabith tersebut kelak yang dipilih oleh seseorang adalah suatu pilihan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain, untuk kemaslahatan individu atau orang banyak serta pilihan yang dapat membawa pada kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak

1. Al-Qimmah Ar-Rabbaniyah (Nilai-nilai Ketuhanan)

Untuk menentukan sebuah pilihannya telah diajarkan bahwa patokannya yang dipergunakan adalah nilai-nilai ketuhanan. Bukan berdasarkan kecenderungan dan kepentingan sesaat. Sebagaimana yang diceritakan Rasulullah SAW. tentang Masithah, wanita pembantu istana Firaun yang beriman kepada Allah SWT. yang di eksekusi mati. Saat akan menjalani eksekusinya berupa dimasak di kuali besar minyak goreng yang mendidih. Masithah ragu untuk ke depan tempat eksekusinya. Sang anak mengingatkan wahai ibu tempat itulah kemuliaan kita.

2. Istimrariyatud Da’wah (Kesinambungan Dakwah)

Pada masa Rasulullah SAW. Banyak para sahabat yang ingin mendeklarasikan keislamannya. Akan tetapi beliau melarangnya lantaran hal itu dapat berakibat lebih buruk bagi sahabat lainnya yang tidak mampu menahan ganasnya siksaan. Rasulullah saw melihat kelangsungan dakwah di kemudian hari sehingga para sahabat diminta untuk tidak menyatakannya atau kembali ke kampung halaman agar dapat mendakwahkan Islam kepada masyarakatnya. Seperti yang diperintahkan beliau kepada abu Dzar Al Ghifari.

3. Al Mashalihul Ammah (Kemashalahan Bersama)

BAHAYA SIKAP SOMBONG & SENIORITAS


Doa dan harap kita kepada Allah swt, semoga kita selalu diberikan curahan rahmat dan inayah-Nya serta kesabaran dalam menapaki jalan dakwah yang begitu panjang dan penuh dengan berbagai rintangan dan hambatan, hanya ridha-Nya yang senantiasa kita harapkan selama kita juga ridha dengan kewajiban dakwah ini, tulus ikhlas dalam menjalankannya, senang terhadap tugas-tugas yang kita emban.

Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk meneruskan risalah para nabi, khususnya misi dan ajaran Nabi Muhammad saw. Suatu penghargaan besar dari Allah swt yang telah mentakdirkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang dapat berhimpun dalam gerakan dakwah; sebab jika kita hormati penghargaan Ilahi ini, kita respon positif amanat tersebut, insya Allah, hasil dan dampaknya tak akan sia-sia, kemuliaan dunia akhirat akan diberikan sesuai dengan janji Allah swt :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

Sesungguhnya yang berikrar Robb kami adalah Allah, kemudian beristiqamah, niscaya para Malaikat turun (membawa berita), jangan kalian merasa takut dan sedih, bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan. Kami adalah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat kelak, di sana bagi kalian apa yang diinginkan dan yang diminta. Yang diturunkan dari Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang berdakwah ke jalan Allah dan beramal shalih serta berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (Q.S. Fushilat:30-33)

Penghargaan Allah terhadap kita tersebut bukan untuk dibanggakan, lalu merasa tinggi hati, apalagi ujub –na’udzubillah min dzalik- terhadap diri dan menyombongkan diri dengan meremehkan orang lain. semua itu perbuatan terlarang, bahkan tidak pantas rasanya seorang yang diberikan kemuliaan sebagai dai melakukan sikap dan perbuatan itu.

Lebih dari pada itu, sikap dan perilaku sombong, serta merasa tinggi hati mengakibatkan kerusakan struktur hubungan antara sesama. Bayangkan! Jika manusia saling merendahkan dan meremehkan yang satu dengan yang lainnya. Tidak saling hormat, tidak ada kewibawaan, tidak ada trust (saling tsiqah), tidak ada etika, tidak menghormati tata susila, apa jadinya kehidupan ini jika itu yang terjadi?

Apa gerangan yang membuat seseorang menjadi sombong, merasa tinggi, merasa lebih hebat dari orang lain??? Ilmu yang dimilikinya? Tidak ada yang harus dibanggakan dari ilmu yang kita miliki. Ilmu itu pada hakikatnya milik Allah, Dia mengajarkan kepada kita sedikit dari ilmu-Nya, maka justru ilmu itulah yang seharusnya memberikan rasa takut kepada Allah :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama”. (Fathir : 28)

Atau seseorang bangga dan merasa tinggi hati karena amal-amal dan aktivitas ibadahnya yang begitu banyaknya??? Bukankah seharusnya semakin tinggi keimanan seseorang dan ketaqwaannya, semakin ia merendahkan hatinya, baik ke hadirat Allah swt, maupun kepada manusia (Adzillatin ‘alal Mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin), rendah hati di hadapan orang beriman dan tegas di hadapan orang kafir. Nabi Muhammad saw saja sebagai khoiru khalqillah (sebaik-baik makhluk Allah) dan orang yang paling taqwa dari umatnya, masih dipesankan Allah swt dalam firman-Nya:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِي

“Rendahkanlah hatimu kepada pengikutmu orang-orang mukminin (QS asy-Syu’ara: 215).

Bahkan merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi kedudukannya di dalam aktivitas dakwah karena merasa lebih dulu aktif dan lebih senior, akan membuat dirinya lebih hina dan lebih buruk dalam pandangan Allah swt. Simaklah pesan-pesan teladan kita Nabi Muhammad saw:

إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُم

“Jika kamu mendengar seseorang berkata “ semua orang rusak” , maka dialah orang yang paling rusak” (HR Muslim)

حَسْبُ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِم

“Cukuplah keburukan seseorang, karena ia menghina saudaranya sesama muslim.” (HR Muslim).

Atau ada seseorang yang sombong hanya lantaran keturunan dan keluarga besarnya? La haula wala quwwata illa Billah.

Renungkan kisah Nabi Muhammad tentang 2 orang yang bertikai lantaran saling berbangga dengan kehormatan keluarga besar dan keturunannya. Yang satu berkata kepada kawannya, ” Tahukah kamu siapa aku, aku ini adalah anak keturunan si Fulan, sedangkan kamu seorang anak yang tak punya ibu!” Lalu Nabi mengingatkan seraya bersabda; ” Ada 2 orang yang saling berbangga dengan keturunannya di hadapan Nabi Musa a.s. Salah seorang mereka berkata; “Aku adalah anak keturunan si Fulan bin Fulan ”, ia sebutkan sampai 9 keturunan. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, “ Katakanlah wahai Musa kepada orang yang berbangga tersebut, 9 keturunanmu itu adalah ahli neraka dan engkau yang kesepuluhnya.” (Riwayat Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid al-Musnad dengan sanad yang sahih, dan Imam meriwayatkannya mauquf pada Muadz dengan kisah Musa saja).

Nabi Muhammad saw juga mengingatkan dalam sebuah hadits,

“Seorang yang berbangga dengan keturunannya, sungguh ia menjadi arang api neraka, atau lebih rendah dari hewan yang bermain-main di kotoran sampah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi, beliau meng-hasan-kan hadits ini).

Salah satu fikrah dakwah kita adalah “Salafiyah” yang menuntut kita untuk meneladani pendahulu kita yang shalih dalam sifat rendah hati mereka. Tidak ada yang merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki. Mereka tidak merasa lebih senior betapapun mereka lebih dahulu berbuat dan aktivitas jihad mereka lebih banyak.

Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. memberikan keteladanan kepada umatnya dalam sikap tawadhu’, sebagaimana berita yang diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata,

عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ يَكُنْ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ

“Meskipun (kita tahu) bahwa para sahabat adalah orang yang paling cinta kepada Rasulullah, namun mereka tidak pernah berdiri menyambut kedatangan Rasulullah saw, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak disenangi Nabi saw” (HR Tirmidzi, hadits hasan).

Aduhai… siapa yang tidak mengenal Abdur-Rahman bin Auf yang sangat disegani di kalangan kaumnya. Namun kepiawaian dan kesenioran beliau tidak membuat dirinya tinggi hati sampai kepada pelayannya sekalipun, hal itu dikisahkan oleh sahabat Abu Darda’, “…..Abdur-Rahman bin Auf sulit dibedakan dengan pelayannya, karena tidak nampak perbedaan mereka dalam bentuk lahiriyahnya” .

Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kira-kira peribahasa itulah yang digunakan.

Demikian pula kehebatan Imam Hasan Basri dalam ilmu agama tidak memperdayakan dirinya menjadi seorang yang ‘sok’ atau merasa lebih hebat di hadapan teman-temannya. Suatu saat Hasan Basri berjalan dengan beberapa orang, orang-orang itu berjalan pada posisi di belakang Hasan Basri, maka Hasan Bashri pun mencegah mereka (melakukan itu), seraya berkata, “Tidak benar hal ini dilakukan setiap hamba Allah?” .

Sosok tabi’in seperti Abu Sofyan ats-Tsauri ternyata juga benar-benar teruji sifat tawadhunya. Saat beliau berkunjung ke Ramallah (di Palestina), Ibrahim bin Ad-ham mengutus seseorang kepada Sofyan untuk meminta agar ia datang bersinggah ke rumahnya, seraya berkata, “ Wahai Sofyan kemarilah untuk berbincang-bincang” . Sofyan pun mendatangi Adham. Ketika Adham ditegur seseorang “Mengapa kamu berbuat demikian”. Adham menjawab “Saya ingin menguji ke-tawadhu’- annya”.

Demikian pula jabatan dan kedudukan tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi membusungkan dada “akulah orang besar”.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Umar bin Abdul Aziz ra kedatangan seorang tamu saat ia sedang menulis, saat lampu padam karena terjatuh, sang tamu pun berkata: Biarkan aku ambil lampu itu untuk aku perbaiki! Umar Sang Khalifah berkata: Tidak mulia seseorang yang menjadikan tamunya sebagai pelayan. Tamu itu berkata lagi, “Atau saya minta bantuan anak-anak”. Umar Amirul Mukminin berkata: Mereka baru saja tidur (jangan ganggu mereka)”. Kemudian Sang Khalifah pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lampu itu dan memperbaikinya sendiri. Tamu itu terheran-heran seraya berseru, “Wahai Amiril Mukminin, engkau melakukannya itu sendiri? Amiril Mukminin berkata, “Saat saya pergi saya adalah Umar, saat saya kembali pun saya adalah Umar, tidak kurang sedikit pun dari saya sebagai Umar. Sebaik-baik manusia adalah yang tawadhu di sisi Allah swt”. Subhanallah……

Orang-orang yang berhimpun dalam mahabbah dan keridhaan Allah sejatinya mengenyahkan sifat sombong, ‘sok’, senioritas apalagi figuritas. Hiasilah diri Antum dengan tawadhu’, rendah hati, selalu merasa memerlukan tambahan ilmu, pengalaman dan merasa saling butuh dengan sesama ikhwah lainnya.

Akhirnya, ikhwah fillah terimalah taujih Rabbani ini :

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38)

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu (Q.S. Aِِl-Isra: 37-38). Wallahu A’lam

SUMBER dakwatuna.com

Kamis, 28 Januari 2010

URGENSI DO'A

Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan: ad-du’a-u silahul mukmin (do’a adalah senjata orang beriman). Ungkapan ini, bukan merupakan hadits nabi saw. Namun, banyak ayat Al Qur’an dan juga sunnah nabi saw yang shahih menjelaskan bahwa ungkapan itu secara makna adalah ungkapan yang shahih. Oleh karena itu, ikhwati fillah, jangan sampai kita melalaikan senjata yang satu ini. Karena tidak semua orang mampu menggunakannya kecuali orang-orang beriman.

Banyak ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan kepada kita, betapa do’a adalah kekuatan yang ampuh dan dahsyat. Doa yang dipergunakan oleh para anbiya’ wal mursalin dalam perjalanan da’wah dan jihad mereka.

Kita ingat, kisah tentang nabiyullah Nuh AS yang gigih melakukan jihad da’awi siang dan malam secara sembunyi dan terang-terangan. Jihad yang dilakukan selama sembilan ratus lima puluh tahun. Ternyata masyarakat yang menerima da’wah beliau hanya sedikit saja. Menghadapi kondisi demikian beliau memanjatkan do’a kepada Allah swt :

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma`siat lagi sangat kafir. (Nuh: 26 – 27)

Demikianlah, kemudian akhirnya kita ketahui ternyata Allah swt memang membinasakan seluruh orang-orang kafir itu. Sesuai do’a yang dipanjatkan oleh nabi Nuh AS.

Kita juga teringat tentang do’a nabiyullah Musa AS kepada Allah SWT yang ditujukan atas Fir’aun dan bala tentaranya. Karena mereka sudah benar-benar melampaui batas dalam kecongkakan dan kepongahan dengan mengandalkan berbagai macam kekuatan duniawi yang dimilikinya. Saat itu nabiyullah Musa AS berdo’a:

وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آَتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ

Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemukapemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih”. (Yunus: 88)

Kemudian selanjutnya kita ketahui apa yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya, mereka semua ditenggelamkan Allah swt di lautan. Semua kisah tersebut di atas adalah contoh do’a-do’a para nabi kepada Allah swt. Doa agar Allah menghancurkan orang-orang yang melampaui batas dalam melakukan pembangkangan terhadap ajaran Allah swt, para nabi dan rasul-Nya. Terdapat pula contoh lain, yaitu do’a para nabi yang mengharapkan agar kaumnya mau menerima da’wahnya.

Salah satu diantaranya adalah do’a nabiyullah Muhammad saw. Doa ketika da’wah beliau kepada orang-orang Thaif disambut dengan lemparan batu dan tuduhan-tuduhan yang menyakitkan. Saat itu beliau saw memanjatkan do’a kepada Allah swt dengan mengatakan:

اللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمَنُوْنَ

“Ya Allah, berikanlah petunjuk dan hidayah kepada mereka, sebab mereka tidak mengetahui”.

Setelah kurang lebih sepuluh tahun kemudian seluruh penduduk Thaif menyatakan masuk Islam, berarti ada jarak kurang lebih 10 tahun antara do’a nabi Muhammad saw dengan kenyataan mereka menerima hidayah Allah swt.

Yang menarik, saat terjadi gelombang massal pemurtadan pada masa Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq di Jazirah Arab, orang-orang Thaif tidak termasuk golongan yang murtad. Pemimpin mereka berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku, janganlah kalian murtad, sebab kalian adalah yang paling akhir masuk Islam, maka janganlah kalian menjadi yang pertama dalam kemurtadan!”

Do’a juga merupakan rujukan terakhir orang-orang beriman saat mereka menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan besar. Khususnya saat mereka berjihad di jalan Allah swt.

Kita bisa renungkan bagaimana saat pasukan Thalut berhadapan dengan pasukan Jalut yang besar dan dahsyat. Saat itu pasukan mujahidin mukminin melihat betapa besar dan hebatnya kekuatan pasukan Jalut, maka mereka memanjatkan do’a kepada Allah swt:

وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين

“Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. (Al-Baqarah: 250)

Maka, do’a itu membuat Allah swt memberikan kemenangan-Nya kepada mereka. Sekalipun jumlah dan peralatan mereka sangat tidak sebanding dengan apa yang dimiliki pasukan Jalut, sebagaimana tersebut pada ayat setelahnya.

Do’a yang mirip dengan do’a pasukan Thalut diatas adalah do’a nabi Muhammad saw ketika menghadapi pasukan yang menjadi kekuatan utama musyrik Makkah, di bawah pimpinan Abu Jahal cs. Saat itu nabi Muhammad saw terus berdo’a kepada Allah swt tiada henti-hentinya, begitu khusyu’ dan seriusnya, hingga selendang (baju penutup tubuh bagian atas) beliau terjatuh. Beliau memanjatkan do’a:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ

“Ya Allah, penuhi dan wujudkan apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, ya Allah, jika golongan Islam ini binasa, niscaya Engkau tidak akan disembah lagi di atas bumi ini (Muttafaqun ‘alaih).

Dan sebagaimana yang diabadikan oleh sejarah, pada hari itu Allah swt menghancurkan kekuatan utama musyrik Makkah.

Keterangan dalam Al Qur’an dan As Sunnah tentang do’a

1. Do’a merupakan perintah dari Allah .

Sangatlah banyak dari ayat-ayat Al Qur’an yang menyebutkan perintah untuk berdo’a kepada-Nya . Diantaranya, firman Allah (artinya):

“Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.” (Ghafir: 60)

“Dan berdo’alah kepada Allah dengan mengikhlashkan ibadah (do’a) kepada-Nya.” (Al A’raf: 29)

“Berdo’alah kepada Rabb kalian dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut.” (Al Jin: 18)

“Dan sesungguhnya Allah memiliki asmaul husna (nama-nama yang mulia), maka berdo’alah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama tersebut.” (Al A’raf: 180)

Di dalam ayat-ayat mulia di atas dan yang lainnya, menunjukkan bahwa do’a merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Sehingga berdo’a kepada-Nya merupakan bentuk tha’ah (ketaatan) kepada-Nya.

2. Do’a adalah ibadah.

Berdo’a kepada Allah merupakan perkara yang amat dicintai-Nya . Bahkan bila semakin sering berdo’a kepada-Nya untuk meminta segala sesuatu yang ia inginkan, semakin menambah kecintaan Allah kepadanya. Karena setiap do’a yang dipanjatkan kepada-Nya , pada hakekatnya (do’a) itu adalah ibadah.

Rasulullah bersabda:

الدعاء هو العبادة

“Sesungguhnya do’a adalah ibadah” (Tirmidzi)

Bukankah kita semua telah mengetahui bahwa tujuan Allah menciptakan manusia dan jin ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya? Sehingga barangsiapa yang memperbanyak do’a berarti ia telah memperbanyak ibadah kepada-Nya , dan inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah .

Sebagaimana firman-Nya:

“Tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariat: 56)

Demikian juga, Rasulullah telah menegaskan bahwasanya do’a merupakan perkara yang paling dicintai dan mulia di sisi-Nya , beliau bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah subhanahu daripada do’a.” (At Tirmidzi)

Mengapa do’a itu paling mulia dan paling dicintai oleh Allah ? sebagaimana penjelasan di atas, karena pada hakekatnya do’a itu sendiri adalah ibadah, yang diperintahkan oleh Allah kepada setiap hambanya.

3. Do’a merupakan pembuka pintu-pintu rahmat dari Allah .

Do’a merupakan pembuka pintu-pintu rahmat Allah yang sangat didambakan oleh setiap hamba. Karena dengan rahmat-Nyalah kita mendapat hidayah Islam dan Iman, serta mendapat pula maghfirah (ampunan) dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Rasulullah bersabda:

منْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللهُ شَيْئًا يُعْطَىأَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ، إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاء

“Barangsiapa diantara kalian yang dibukakan baginya pintu do’a, niscaya ia akan dibukakan baginya pintu-pintu rahmat. Dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Allah cintai dari meminta keselamatan (di dunia dan akhirat). Sesungguhnya do’a itu bermanfaat pada hal-hal yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi, maka hendaklah berdo’a wahai hamba-hamba Allah.” (At-Tirmidzi)

4. Do’a merupakan akhlaq orang-orang yang bertaqwa.

Allah telah mengisahkan tentang akhlaq para nabi yang selalu bersegera untuk berdo’a kepada-Nya . Sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya mereka (para nabi) selalu segera melakukan kebaikan dan selalu berdo’a kepada Kami dalam keadaan penuh harap dan rasa takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (di dalam beribadah/berdo’a kepada Kami).” (Al Anbiya’: 90)

Demikian pula Allah menyebutkan tentang akhlaq hamba-hambanya yang shalih, sebagaimana firman-Nya::

“Dan orang-orang (generasi) yang datang sesudah mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rabb-kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di dalam hati-hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Rabb-kami sesunggunya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Al Hasyr: 10)

5. Do’a menunjukkan kemurnian tawakkal kepada Allah .

Rahasia dan hakekat tawakkal kepada Allah adalah menyandarkan hati sepenuhnya kepada Allah . Manakala ia berdo’a dengan penuh harap dan rasa takut hanya kepada Allah menunjukkan kemurnian tawakkalnya kepada-Nya. Dan sekaligus do’a itu sendiri merupakan salah satu sebab terbesar tercapainya apa yang ia inginkan. Perhatikanlah firman Allah:

“Maka beribadahlah kalian kepada Allah dan bertawakkallah kepada-Nya.” (Hud: 123)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bertawakkal setelah beribadah kepada-Nya . Padahal kita telah tahu bahwa do’a itu adalah ibadah, sebagaimana penjelasan di atas. Sehingga ayat tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu berdo’alah kepada Allah terlebih dahulu, baru kemudian bertawakkallah kepada-Nya.

6. Setiap do’a mendapat jaminan dari Allah selama tidak tergesa-gesa.

Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو لَيْسَ بِإِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحْمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ إِحْدَى ثَلاَثٍ أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ يُدَخِّرَهَا لَهُ فٍي الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَدْفَعَ عَنْهُ مِنَ السُّوء مِثْلَهَا

“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sesuatu yang bukan untuk suatu dosa atau memutuskan silaturrahmi melainkan pasti Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal; disegerakan baginya pengabulannya, disimpan baginya di akhirat, atau dihindarkan darinya keburukan yang semisal dengannya.” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 547, dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri )

Dalam riwayat yang lainnya, Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang mukmin menghadapkan wajahnya kepada Allah memohon sesuatu, melainkan Dia akan memberikan, apakah dengan menyegerakan baginya di dunia atau menyimpan baginya di akhirat selama ia tidak tergesa-gesa.” Para sahabat bertanya: “Apa maksud dari tergesa-gesa?” Beliau menjawab:

دَعَوْتُ وَدَعَوْتُ وَلاَ أَرَاهُ يُسْتَجَابُ لِي

“Dia berkata: “Saya sudah berdo’a dan berdo’a, tetapi (toh) juga tidak dikabulkan.” (H.R. Ahmad, lihat Shahih Al Adabul Mufrad no. 548)

Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa do’a seorang muslim tidaklah sia-sia. Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Setiap orang yang berdo’a akan dikabulkan, hanya saja pengabulan itu berbeda-beda. Terkadang dikabulkan sesuai dengan permintaan, terkadang pula diganti dengan sesuatu yang lain. (Fathul Bari 10/95) Sehingga do’a itu bisa jadi dikabulkan sesuai dengan permohonannya, bisa jadi pula disimpan atau diganti yang lainnya sebagai bentuk kemurahan dari Allah , selama ia tidak tergesa-gesa. Karena sifat tergesa-gesa akan menimbulkan sikap su’uzhan (buruk sangka) kepada Allah .

Allah memiliki sifat Yang Maha Hikmah. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya, berbeda dengan manusia yang tidak mengetahui akibat urusannya. Terkadang manusia mencintai dan menginginkan sesuatu, padahal hal itu bisa menambah keburukan baginya, atau sebaliknya. Sebagaimana yang telah diterangkan di dalam firman Allah (artinya):

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu adalah amat baik bagi kalian, bisa jadi pula kalian menyukai sesuatu padahal itu adalah amat buruk bagi kalian. Allah yang mengatahui, sedangkan kalian tidak mengetahuinya.” (Al Baqarah: 216)

Bukan berarti tidak dikabulkannya do’a menunjukkan jeleknya orang yang berdo’a secara mutlak. Dan dikabulkannya do’a juga tidak menunjukkan baiknya orang yang berdo’a secara mutlak. Bukankah Allah mengabulkan permintaan iblis dengan memberi tangguh sampai hari kiamat? Tetapi itu tidak menunjukan pemulian kepada iblis, justru itu sebagai penghinaan kepadanya agar dosanya bertambah, sehingga semakin keras siksaan dan semakin berlipat ganda kesengsaraan di akhirat nanti.

Waspada dari kelalaian berdoa kepada Allah

Setelah kita tahu tingginya kedudukan dan keutamaan do’a di sisi Allah , kita pun akan tahu pula tentang kerugian besar yang akan dialami oleh orang-orang yang cenderung mengabaikan dan melalaikan dari berdo’a kepada Allah, yaitu

1. Enggan dan lalai dari do’a tanda kesombongan pada dirinya.

Simak dan perhatikanlah firman Allah (artinya):

“Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan dirinya dari beribadah (berdo’a) kepada-Ku akan masuk jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir: 60)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah juga menjelaskan bahwa do’a itu pada hakekatnya adalah ibadah, sehingga mengabaikan dan malalaikan dari berdo’a kepada-Nya merupakan tanda kesombongan pada dirinya karena ia tidak mau berdo’a kepada penciptanya dan pencipta seluruh alam semesta, pemberi rezki seluruh makhluk, yang menghidupkan dan yang mematikan, Dia-lah Allah Yang Maha Kaya dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sedangkan ia adalah hamba yang lemah yang tidak mampu bergerak, berkata ataupun berbuat melainkan hanya dengan rahmat, kehendak, dan kekuasaan-Nya.

Allah berfirman (artinya):

“Wahai manusia, kalian adalah hamba-hamba yang faqir, yang (mesti) membutukan Allah (dalam segala sesuatu). Dan Allah adalah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Fathir: 15)

2. Enggan dan lalai dari berdo’a kepada Allah tanda kelemahan pada dirinya.

Rasulullah bersabda:

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ عَنِ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ

“Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdo’a dan manusia yang paling kikir adalah orang yang kikir dalam mengucapkan salam.” (Ibnu Hibban, lihat Ash Shahihah no. 154)

3. Enggan dan lalai dari do’a akan mendapatkan murka dari Allah .

Rasulullah bersabda:

مَنْ لَمْ يَدْعُ اللهَ وَفِي رِوَايَةٍ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ سُبْحَانَهُ غَضِبَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang tidak mau berdo’a (dalam riwayat lain: tidak mau meminta) kepada Allah subahanahu, niscaya Allah memurkainya.” (At Tirmidzi no. 3372, Ibnu Majah no. 3827 dari sahabat Abu Hurairah , lihat Ash Shahihah no. 3654)

Kedua hadits di atas juga menguatkan bahwa orang yang enggan dan lalai dari berdo’a merupakan tanda kesombongan pada dirinya, karena tidak menyadari dirinya adalah makhluk yang lemah. Sehingga sangat pantas Allah murka kepada orang-orang yang enggan dan lalai dari berdo’a kepada-Nya .

Waallhu a’lam bish-showwab.

Al-faqir illalloh, Ummu ANas.6/11/09 (diambil dari berbagai sumber).

Rabu, 27 Januari 2010

DEKLARASI PEMUDA MUSLIM DUNIA



The Union of NGOs of The Islamic World (UNIW) telah sukses menggelar The 3rd International Youth Moslem Gathering (Pertemuan Pemuda Islam Internasional Ketiga) di Jakarta, Depok, dan Bandung pada 17-24 Januari 2010. Pertemuan yang dihadiri oleh 150 peserta dari 22 negara itu, akhirnya menghasilkan 9 butir deklarasi. Deklarasi tersebut, akan di serahkan oleh seluruh peserta ke pemerintah asal negara mereka masing-masing.

"Setelah melalui diskusi yang panjang dengan ratusan permasalahan, akhirnya kami merumuskan 9 deklarasi dalam pertemuan pemuda muslim internasional ini," ujar Ketua Salam UI sekaligus deklarator yang membacakan deklarasi mewakili 21 negara lain, Achmad Setiabudi.

Isi dari deklarasi itu,
Pertama, menyatakan umat Islam sebagai satu kebangsaan (The Muslims are one nation).

Kedua, Hak asasi dan kebebasan pendidikan tanpa membedakan etnik, RAS, jender dan bahasa (The right of just and free education without any kinds of discrimination based on ethnicity, race, gender and language).

Ketiga, Meningkatkan empati, bekerja sama dan berkoordinasi di antara seluruh Negara muslim (Emphasize the necessity of full coorperation and coordination among the muslim contries).

Keempat, Mengembangkan model sistem pendidikan baru termasuk model alternatif yang berdasarkan pada prinsip Islam sebagai jawaban yang baik untuk antologi, epistomologi, dan krisis metodologi menghadapi moderenisasi dan budaya barat. Itu semua, berawal dari konferensi pemuda muslim (Developing a new kind of education system including alternatives modal based on Islamic principles that is the best answer to ontological, epistemological and methodological crisis that started with modernity and westernization at the consciousness of muslim youth).

Kelima, Saling mengintegrasikan keuntungan pendidikan di antara Negara muslim dalam bidang penelitian, teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Di antaranya dengan program pertukaran pelajar, beasiswa, seminar internasional, olimpiade ilmu pengetahuan untuk pemuda muslim. (integration of Islamic values in education, research, and technology for the best quality of education with programs student exchange, scholarship, international symposium, muslim youth international science Olympic).

Keenam, Mengambil bagian dalam pengembangan kebijakan politik baru dari pemerintah di negara islam untuk kemajuan organisasi pemuda yang aktif mengikuti kebijakan. (Emphasize importance of developing new policies of the governments in Islamic countries to develop youth organization to take active roles).

Ketujuh, hentikan infasi di Palestina, Irak, Afganistan dan Nogarno Karabagh. Dan juga mencari solusi untuk menyelasaikan konflik di Yaman, Darfur, Kasmir, Moro, Somalia, Patani dan Cecnya.

Kedelapan,Hentikan diskriminasi dan pobia terhadap islam, kebijakan politik yang tidak berpihak pada komunitas islam di Negara-negara barat. Meminta, pemerintah Negara barat untuk mengambil tindakan yang rasional menghentikan situasi ini (Stop discrimination and islamphobic activities, politics, and manners against muslim communities in the western world. It Demands western governments to take reasonable actions for ending thi situation).

Kesembilan, menjadikan perempuan sebagai pendidikan pertama umat. Mengadvokasi untuk menjamin hak asasi perempuan, dari propaganda media masa yang menyatakan perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki kedudukan rendah di masyarakat. Harus menjaring kerja sama dengan organisasi wanita internasional, untuk pendidikan perempuan yang lebih baik. Memberikan pelatihan kewirausahaan untuk perempuan yang membutuhkan dan memberikan dukungan dalam kehidupan keluarga, memberikan beasiswa untuk perempuan agar bisa meningkatkan perannya di keluarga sehingga lebih berkualitas. (Women as the first school of ummah: Advocacy for guaranteeing woman right, mass media propaganda for role of woman at family have smallest entity on civilization, women NGO’s networking to better education for woman, entrepreneurship training for addressing woman needs and supports family life, scholarship for women to improve the family life quality).

"Permasalahan umat Islam di dunia, dari hasil konferensi sebenarnya banyak. Namun, untuk deklarasi kami mengerucutkan menjadi sembilan persoalan," tegas Achmad.

Saat diskusi untuk merumuskan permasalahan umat Islam di dunia, kata Achmad, pihaknya membagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, Negara yang mayoritas pendidikan di negaranya baik. Kelompok kedua, Negara yang pendidikannya masih sulit dan kelompok ketiga yang pendidikannya sedang. Dari hasil diskusi itu, ada dua persoalan yang bisa disimpulkan.

Yaitu, kata Achmad, permasalahan paling besar yang dihadapi umat Islam di dunia rata-rata mengenai aksebilitas sekolah yang masih mahal sehingga sulit dijangkau oleh umat islam. Kedua, mengenai kualitas atau isi pendidikan. Rata-rata, umat Islam masih menggunakan kurikulum sekuler padahal seharusnya kurikulum islam mulai diterapkan.

"Pendidikan di hampir semua negara muslim jarang memperhatikan masalah spiritual dan moral. Padahal, pendidikan seharusnya mengandung nilai-nilai Islami," katanya.

Menurut Achmad, deklarasi ini akan diberikan pada pemerintah di semua negara peserta yang hadir dalam pertemuan pemuda Islam internasional ini. Khsusu di Indonesia, deklarasi akan diberikan pada presiden, menteri pendidikan dan menteri luar negeri.

"Kami berharap, semua poin deklarasi bisa dijadikan bahan masukan semua pemerintah negara Islam dalam mengambil kebijakan," ujarnya.

Kamis, 21 Januari 2010

Sambutan Mursyid Am Ikhwanul Muslimin ke-8, Muhammad Badi’ Al-Majid Sami




Makkah, 16-01-2010, 11.50



Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah dan selawat serta salam atas Rasulullah, para sahabatnya dan semua yang mengikutinya, wa ba’du

Wahai para hadirin yang mulia…

Ikhwah dan akhawat yang dimuliakan Allah…

Saya dahulukan dengan tahiyah Islam yang mulia:

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Dengan kehendak Allah SWT, saya mengambil tanggungjawab yang besar ini, bukan permintaan dari pribadi saya dan bukan karena saya memiliki keistimewaan dan kelebihan; namun ini merupakan ketentuan yang telah Allah tetapkan untuk saya, dan sebagai tanggungjawab yang saya tidak sanggup memikulnya kecuali tetap tunduk pada-Nya, dengan berharap pertolongan dari Allah, berharap taufik dan hidayah dari-Nya, dan percaya akan bantuan dan keikutsertaan kalian semua; untuk mewujudkan tujuan mulia yang telah kita nadzarkan pada jiwa kita dan bekerja keras untuknya semata-mata kerana Allah SWT.

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

- Saya dahulukan ucapan saya dengan memberi penghormatan kepada guru kita, akhina yang mulia, dan mursyid kita yang terhormat Ustadz Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin ketujuh, yang telah memimpin bahtera ini di tengah badai dan ombak yang begitu keras, menghadapi berbagai hambatan dan rintangan dengan gagah berani, dan telah menghadirkan teladan yang baik bagi semua pemimpin dan pejabat dalam sebuah pemerintahan, lembaga dan partai dengan penuh tanggungjawab dan amanah, dan menyerahkan kepemimpinan setelah melewati satu dekade, seakan tidak ada kata dan bahasa yang cocok untuk diungkapkan kecuali luapan kecintaan dan penghargaan yang mendalam kepada mursyid kita, tidak ada kata dapat kami haturkan kecuali: “Jazakallah Khairan wa atsaba bifadhlihi tsawaba shiddiqin” (Semoga Allah memberikan balasan terbaik dan memberikan ganjaran melalui karunia-Nya dengan pahala orang-orang yang shiddiqin).

- Kami sampaikan kepada ikhwah dan akhawat anggota jamaah Ikhwanul Muslimin yang tersebar di seluruh penjuru dunia; betapa kami berharap dan betapa indahnya jika itu terjadi; sekiranya kalian semua berada bersama-sama kami pada peristiwa yang besar ini, kalian berada disisi kami dan bersama kami, namun sekalipun jasad kita tidak bertemu namun ruh-ruh kita tetap bersatu dan berpadu dalam cinta karena Allah, doa kalian akan selalu dibawa oleh para malaikat, dan nasihat dan masukan kalian sangat kami nantikan dan membuat kami bahagia.

- Adapun kepada para ikhwah yang berada dibawah kekuasaan tangan-tangan zhalim dan penindasan, yang menghuni penjara kezhaliman dan penindasan tanpa ada alasan yang benar kecauli hanya kerana mengatakan “bahwa kami beriman Allah”, dan berusaha mengangkat martabat bangsa dan memajukan kehidupan bangsanya; kami sampaikan kepada mereka dengan penuh keikhlasan akan sanjungan dan rasa hormat kami kepada mereka atas kesabaran, ketabahan dan pengorbanan kalian. Dan kami yakin bahwa hal tersebut tidak akan sia-sia, tidak akan hilang dengan hampa, harapan kita kepada Allah sangatlah besar, semoga Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang melakukan kezhaliman, mau kembali pada jalan yang benar. Kami berharap kalian bersama kami untuk membicarakan perjalanan dakwah ini dan mendukung dakwah ini, semoga Allah merahmati dan melindungi kalian semua.

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

Sebagaimana yang kalian ketahui bersama, bahwa diantara tujuan utama Ikhwanul Muslimin adalah melakukan reformasi menyeluruh dan integral, yang mencakup segala kondisi yang terjadi saat ini dengan melakukan islah (perbaikan) dan perubahan.

إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْأِصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah”. (Huud:88)

Dan melalui kerjasama dengan berbagai kekuatan umat yang bersih, bersama para pemilik semangat yang tinggi dan tulus dari para pecinta agama dan negaranya.

Ikhwanul Muslimin percaya bahwa Islam yang mulia yang telah Allah letakkan di dalamnya semua asas yang sepadan untuk kesejahteraan hidup umat, kebangkitan dan kebahagiaannya; karena itu, Islam mereka jadikan sebagai sumber rujukan dan titik tolak menuju terwujudnya perbaikan, yang dimulai dari individu melalui proses tarbiyah dan melatih disiplin diri, lalu diikuti dengan pembentukan keluarga dan masyarakat muslim dengan meningkatkan performanya dan menghilangkan berbagai bentuk kezhaliman di dalamnya, berusaha secara kontinyu untuk memerdekakan negara dari segala bentuk penguasaan asing atau hegemoni intelektual, spiritual dan budaya serta dari penjajahan ekonomi, politik dan ketenteraan, hingga pada akihrnya membawa negara ke arah kemajuan, kemakmuran dan kesejahtaraan, dengan meletakkan posisinya yang sesuai di persada dunia.

Dan diantara hasil dari pemahaman Islam yang komprehensif ini, Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai pergerakan dakwah yang memiliki karakter;

- Dakwah salafiyah (penerus dakwah salafussalih),

- Thariqah sunniyyah (pengamal sunnah),

- Haqiqat sufiyah (realitas sufiyyah),

- Hai’ah siyasiyah (gerakan politik),

- Jamaah riyadhiyyah (kelompok olah raga),

- Rabitah ilmiyyah thaqafiyyah (persatuan kebudayaan dan keilmuan)

- Syirkah iqtisodiyyah (syarikat perekonomian)

- Dan fikrah ijtima’iyyah (idealisme sosial),

sebagaimana yang telah disebut dalam Al-Quran:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-Qashash:77).

Ikhwanul Muslimin memahami betul bahwa Al-Quran Al-Karim dan Sunnah yang shahihah telah merangkum semua peraturan dan berbagai perkara, dan umat dapat mengambilnya sebagai cara yang terbaik untuknya berdasarkan peraturan ini baik sebagai alternatif yang beragam dan pilihan fikih yang boleh berubah mengikuti adat, kebiasaan, masa dan tempat.

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

Walaupun ideologi, misi dan tujuan kita adalah adalah jelas; banyak pihak mencoba menggambarkan tentang kita dengan gambaran yang berbeda, meletakkan julukan kepada kita yang berbeda dan tidak sesuai dengan misi dan tujuan kita; oleh kerana itu, kami selalu memperkenalkan kembali diri kami, prinsip dan pendirian serta sikap kami terhadap isu yang menyebar sehingga tampak jelas akan kebenaran yang sesungguhnya untuk semua kalangan.

Saya ingin menyatakan kepada mereka yang mendukung kesatuan jamaah dan keteguhan barisannya: bahwa mereka yang bekerja untuk Tuhan mereka, agama dan negara dengan penuh keikhlasan tidak mungkin terbentuk kecuali dalam satu barisan, walaupun memiliki perbedaan pandangan, dan beragam ijtihad. Ikhwan tidak mengenal hakikat mereka yang mengatakan bahwa perbedaan pandangan dapat menyebabkan perpecahan, merusak hubungan kasih sayang atau memberikan pengaruh akan kemurnian ukhuwwah, padahal kami telah bermuahadah dan berbaiat dihadapan Allah SWT untuk bekerja keras dijalan Allah dalam satu barisan seperti sebuah bangunan yang tersusun rapi dan kuat.

Ikhwanul Muslimin selalu bekerja dengan penuh cinta dan ukhuwah berdasarkan peraturan dan disiplin serta kaidah-kaidah yang munazham (diataur) untuk bekerja secara berjamaah, yang tentunya senantiasa dapat diperbaharui dan diperbaiki jika terdapat kekeliruan atau kekurangan, dan memiliki fleksebilitas tanpa melanggar prinsip-prinsip yang asasi dan tidak bertentangan dengan tsawabit. Dan dalam hal ini Ikhwanul Muslimin senantiasa menerima, masukan nasihat dan pandangan dari semua pihak serta mengambil faedah dan hikmah dari berbagai kalangan, jargon yang mereka ikuti adalah pepatah

رَحِمَ اللهُ امْرَءًا أَهْدَى إليَّ عُيُوْبِي

”semoga Allah merahmati mereka yang menunjukkan kekurangan saya”.

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

Disini kami ingin menegaskan beberapa perkara berikut:

• Kami adalah salah jamaatun minal muslimin (salah satu Jamaah dari umat Islam) dan bukan Jamaatul Muslimin, tidak seperti yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak mengenal dakwah ikhwan, kerana Islam sangatlah besar untuk bisa dimonopoli oleh satu kelompok. Dan Alhamdulillah berkat karunia Allah, Ikhwanul Muslimin mendapatkan pengakuan ditengah masyarakat dan sangat populer diberbagai belahan dunia; terutama negara Arab dan negara Islam; karena dakwah yang ditebarkan adalah dakwah yang moderat yang selalu bersumberkan dari Al-Qur’an dan Sunnah.

• Bahwa dakwah dan pergerakan kami adalah merupakan rangkaian yang memiliki keterkaitan dan kesinambungan, dibangun dalam rangka saling bersandar antara satu dengan yang lainnya. Motto kami adalah seperti yang disebutkan dalam Qur’an:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْأِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (al-Hasyr: 10)

• Bahwa kami percaya dan meyakini adanya tahapan dalam melakukan reformasi, dan hal tersebut tidak dapat dicapai kecuali dengan cara damai dan konstitusional yang didasarkan pada dialog, persuasi dan tidak ada paksaan; karena itu mereka menolak akan kekerasan dan mengutuk semua bentuk kekerasan baik yang dilakukan oleh pemerintah atau perorangan, kelompok atau lembaga.

• Ikhwanul Muslimin memandang bahwa sistem undang-undang harus mampu memberi ruang akan kebebasan individu, syura (atau demokrasi), mendapatkan kedaulatan kuasa dari suara rakyat, meregulasi kekuasaan dan pemisahan antaranya, tidak condong pada yang lain sebagai alternative. Kerana itulah, melalui titik tolak ini, Ikhwanul Muslimin ikut serta dan aktif dalam pemilihan umum, dan menuntut adanya reformasi birokrasi dan kekuasaan dengan cara dan sarana damai dan aman, diantaranya adalah melalaui mimbar parlemen, kerja swasta, dan menganggap itu semua sebagai satu kewajiban sesuai dengan pemahaman mereka terhadap agama dan ketulusan mereka dalam mengabdi terhadap Negara mereka sendiri.

• Adapun berkenaan dengan sikap kami terhadap rejim di negeri kami; bahwa Ikhwanul Muslimin selamanya tidak akan menjadi penentang rezim yang berkuasa, meskipun sebagian pemerintah selalu melakukan diskriminasi terhadap mereka, menyita harta dan mata pencaharian mereka dan terus melakukan penangkapan terhadap jiwa mereka, namun Ikhwanul Muslimin juga tidak akan pernah ragu untuk mengungkap korupsi dan kerusakan yang terjadi di segala bidang, tidak akan pernah terlambat dalam memberikan saran dan nasihat, memberikan kritikan dan saran untuk keluar dari krisis yang terjadi bertubi-tubi terhadap bangsa dan negara mereka, dan berusaha membina putra dan putri bangsa untuk memiliki moralitas dan kebajikan serta bermanfaat bagi orang lain, dan semua ini adalah untuk kepentingan tanah air, warga dan institusi negara.

• Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa prinsip pendirian mereka terhadap pemerintah adalah untuk mendukung yang baik dan menolak serta menentang yang buruk dan jahat, karena itulah pada saat mereka menentang sesuatu tidak dilakukan sekedar melakukan penentangan yang buta.

• Adapun saudara kami yang berasal dari kalangan kristen baik di dunia Arab maupun dunia Islam; sikap kami terhadap mereka sangat jelas, bahwa mereka adalah rekan kami dalam memajukan dan membangun peradaban bangsa, sahabat kami dalam mempertahankannya, teman karib kami dalam pembangunan, penumbuhan dan kebangkitannya, karena berbuat baik dan bekerjasama dengan mereka adalah satu kewajiban dalam Islam.

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (al-Mumtahanah: 8).

• Ikhwanul Muslimin berpandagan bahwa kerakyatan dalam suatu negara adalah berdasarkan kerjasama yang sempurna dan persamaan dalam hak dan kewajiban, kecuali dalam hal pribadi, yang mana mengikuti kepercayaan dan cara masing-masing.

• Dalam kesempatan ini; Ikhwanul Muslimin menolak dengan keras dan mengutuk segala bentuk keganasan dan kekerasan etnis yang terjadi silih berganti belakangan ini, dan mereka juga tidak ragu-ragu dalam menyatakan penolakannya setiap saat terhadap peristiwa yang menyakitkan ini. Karena warga yang menganut agama kristen bersama umat Islam adalah satu komunitas dari sisi sosial, budaya dan peradaban, yang menyatu benang-benangnya dan berpadu ragamnya serta kokoh anasirnya sepanjang zaman dan generasi, sebagaimana mereka juga menyeru untuk mencari penyebab krisis yang terjadi secara gamblang dan jelas, serta berusaha memberikan solusi dalam rangka keluar dari bebragai kondisi ini serta mengembalikan negara menjadi satu kesatuan yang sehat dan prima.

• Berkenaan dengan isu wanita; Ikhwanul Muslimin selama ini telah menjelaskan bahwa jamaah selalu memperjuangkan hak-hak wanita dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. ”karena wanita bagian dari laki-laki”. Dan kami menyeru kepada seluruh wanita muslimah untuk memainkan perannya secara umum, tidak menjauh dari masyarakat dan permasalahan umum untuk kebaikan bangsa Arab dan umat Islam.

• Syura (atau demokrasi) adalah wasilah asasi kami, kami bersungguh-sungguh melaksanakannya dan mendukung keberadaannya. Semua institusi dalam pergerakan ini meletakkan syura dan demokrasi sebagai asasnya; bermula dari majelis idarah (tata usaha ) bangsa hingga Maktab Irsyad umum. Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa syura atau demokrasi pada intinya menghormati pandangan pihak lain, dan komitmen dengan pendapat mayoritas yang dijadikan sebagai keputusan untuk semua.

• Berkaitan dengan kekuatan Islam, kelompok, Negara dan partai politik, intelektual dan elit budaya; Ikhwanul Muslimin percaya secara penuh bahwa seluruhnya harus mengambil peran dalam suatu kebangkitan, pembangunan dan reformasi, dan mereka juga harus membuka tangan mereka untuk semua kalangan, dan menolak peminggiran (pengecualian) individu, lembaga atau kelompok dari perannya masing-masing, Mereka menerima adanya multi partai dan kewajiban memberikan kebebasan dalam membentuk partai tanpa ada kekangan dan selama sesuai dengan konstitusi, begitupula mereka percaya adanya masa peralihan kekuasaan melalui pemilu yang bebas dan bersih, karena umat adalah ujung tombak kekuasaan, dan perbaikannya adalah tanggung jawab kita semua tanpa ada pengebirian dan pengecualian.

• Ikhwanul Muslimin meletakkan isu Palestina sebagai prioritas utama dalam berbagai sudut pandangannya dan menganggap isu ini sebagai utaa dan terbesar bagi umat yang harus segera diselesaikan. Dan bumi Palestina dengan kesuciannya dan kedudukan Masjid Al-Aqsa di hatiumat merupakan tanah Arab dan Islam, dan harus memiliki kesungguhan dalam membela isu ini; sehingga menjadi permasalahan pemerintah dan bangsa sehingga bumi Palestina dapat merdeka dan terwujud harapannya. Insya Allah.

• Ikhwanul Muslimin selalu berada disisi umat Islam dan bangsa Arab dalam menyokong dan memberikan dukungan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dan bersikap secara moderat, bahkan mereka tidak ragu-ragu dalam menyampaikan nasihat kepada semua pemerintah dan institusi Arab atau Islam baik dalam bentuk yang resmi (formal) maupun tidak resmi (non formal). Mereka juga tidak pernah berhenti untuk berkorban demi kemaslahatan umat ketika diperlukan. Mereka juga menyeru negara Arab dan Islam untuk bersatu dan bekerjasama menentang proyek imperialisme, hegemoni Barat dan Zionis, sebagaimana mereka juga menyeru pada kesatuan umat dan menyelesaikan permasalahan dan pertikaian internal di antara negara Arab dan Islam melalui dialog dan bukan dengan senjata. Karena itu kami mengingatkan saudara kami yang ada di Yaman, Sudan, Somalia, Iraq, Lebanon, Afganistan dan Pakistan, bahwa satu-satunya jalan untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan rakyat mereka adalah dengan dialog dan menyepakati bersama jalan yang terbaik untuk bangsa yang mulia ini.

• Adapun sikap kami terhadap sistem global yang dikuasai oleh Amerika dan Barat adalah sangat jelas. Kami tidak bermusuhan dengan negara-negara barat, tetapi kami menentang sistem ini yang mana mereka menuntut adanya demokrasi dan kebebasan untuk rakyatnya namun menafikannya buat kami dan bangsa kami. Negara-negara barat menggunakan kekuatan ekonominya untuk mempengaruhi dan menguasai negara kami dan kebijakan-kebijakannya. Sebagaimana mereka juga menanam dan melindungi Negara Zionis untuk menjadi duri di tubuh bangsa Arab dan umat Islam, memperlakukan isu dan permasalahan kami dengan standar ganda, bahkan berusaha menghancurkan nilai-nilai, budaya dan identitas Islam dengan nilai-nilai barat, begitu pula berusaha menghancurkan dan merusak nilai keimanan dan akhlak di negara kami. Karena itu, Kami menyeru kepada seluruh umat untuk bersatu dalam menghadapi proyek Zionis dan Barat, mengatasi segala perbedaan dan perselisihan, menghentikan kecendrungan fanatisme kelompok, dan menolak segala bentuk agresi atau penjajahan terhadap negara Arab atau Islam, mengoptimalkan perjanjian pertahanan bersama dalam menghadapi kekuatan zhalim dan kesewang-wenangan global.

• Kami menuntut kepada rezim global ini untuk komitmen dengan keadilan dan kebenaran dan menghormati dan menghargai nilai-nilai kebebasan dan keadilan di berbagai penjuru dunia, karena hal tersebut merupakan jaminan bagi terwujudnya keamanan dunia dan kerjasama di antara bangsa-bangsa dunia serta menyebarkan nilai kebebasan dan keadilan di seluruh dunia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi saw:

كُلُّكُمْ بَنُو آدَمَ، وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ

”Kalian semua adalah anak cucu Nabi Adam, dan Adam dicipta dari tanah” (Al-Bazzar).

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

”Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari lelaki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kalian berbagai bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling berkenalan. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang bertakwa”. (Al-Hujurat:13)

dalam hadits lain juga disebutkan:

فَلَيْسَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ فَضْلٌ، وَلا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ فَضْلٌ، وَلا لأَسْوَدَ عَلَى أَبْيَضٍ وَلا لأَبْيَضَ عَلَى أَسْوَدَ فَضْلٌ إِلا بِالتَّقْوَى

”Bangsa Arab tidaklah lebih mulia dari yang lain (yang bukan arab) dan begitu juga sebaliknya, orang yang berkulit hitam tidaklah lebih mulia dari yang berkulit putih dan begitu juga sebaliknya, kecuali dalam karena ketaqwaannya” (At-Tabarani).

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

Sesungguhnya kami memandang masa depan dengan penuh harapan dan kewaspadaan…

Bahwa Harapan adalah slogan bagi orang beriman yang jujur. Dan ia merupakan bekalan kami dalam mengarungi perjalanan yang panjang ini, karena itu beramal merupakan segenap harapan kami. berkasih sayang dan ukhuwwah merupakan wasilah ikhwan untuk menghadapi kesusahan. Sementara berputus asa bukanlah sifat orang yang beriman sebagaimana berdiam diri dan bermalas malasan bukanlah karakter seorang mujahid.

Adapun kewaspadaan adalah sarana untuk menyatukan kami bersama rakyat Mesir, bangsa Arab dan umat Islam, bahkan umat manusia secara keseluruhannya, guna menjelangi masa depan yang lebih baik pada saat dunia ini sedang menghadapi ancaman konflik, wabah virus dan penyakit, dan para saintis merasa prihatin terhadap dunia karena adanya pemanasan global, kemarau dan kering. Yang membawa dunia pada kondisi yang memilukan, berbagai manuver yang salah kaprah yang dilakukan oleh negara super power yang menginginkan adanay individu menguasai manusia lainnya, sehingga hasilnya adalah lautan darah dan jasad yang bergelimpangan di sebagian belahan dunia Islam seperti Afganistan, Iraq, Sudan, Somalia, Lebanon dan Palestina di tambah dengan krisis ekonomi yang tidak putus-putusnya, pada saat ingin menggapai solusi datang lagi permasalahan lain dan mencekiknya; sehingga manusia terus menjalani hidup dalam kerisauan dan rasa cemas terhadap masa depan mereka dan masa depan anak-anak mereka, dan mereka merasa bahwa dibalik kondisi seperti itu ada konspiratornya dan dibalik berbagai kejadian ini ada yang menciptakan dan membuat berbagai krisis.

Ikhwah dan akhawat yang mulia…

Rakyat Mesir, bangsa Arab serta umat Islam bahkan umat manusia seluruhnya meletakkan harapan yang sangat besar kepada kalian, dan kalian –dengan izin Allah- memiliki kemampuan untuk membawa tanggungjawab yang besar ini, mampu menanggung beban yang penuh resiko ini. Bahwa sejarah telah membuktikan berulang kali akan kesabaran, ketabahan, ketetapan pendirian, kerja dan produktivitas kalian walaupun banyak kabar angin yang tersebar tentang kalian, syubhat atas kalian serta kondisi pahit yang selalu mengiringi kalian.

Hadirkanlah kepada dunia akan Islam yang sebenarnya… Islam yang membawa toleransi dan kesederhanaan, Islam yang menghormati keragaman dunia secara keseluruhan… Islam yang menggalakkan untuk saling mengenal dan bekerjasama untuk kebaikan seluruh manusia.

Laluilah semua jalan dan gunakan semua wasilah (sarana) dan wasait (media) untuk menyampaikan dakwah Islam kepada manusia dipenjuru dunia…dan bersungguh-sungguhlah untuk menggapai kebenaran;

وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

”Dan hadapilah mereka dengan perjuangan yang besar dan bersungguh-sungguh” (al-Furqan: 52).

Yaitu jihad dalam dakwah dan memberikan penjelasan… dengan pena dan lisan… dengan berbagai macam cara dan seni yang jitu dan sarana yang bersih.. dengan berbagai cara untuk menjelaskan hakikat Islam dan menolak syubhat atas kalian.. jadikanlah slogan kalian pada firman Allah:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (An-Nahl:125)

Dan firman Allah:

وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ

“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka”. (Al-Ankabut:46)

Didiklah diri kalian dengan nilai dan etika yang murni dan mulia… dan akhlak yang lurus, dan jadilah contoh dan teladan bagi umat manusia. Pimpinlah mereka ke jalan Allah dengan menjadi teladan yang baik dan dengan akhlak yang lurus. bekerjasamalah dengan semua pihak dalam membentuk peribadi dan menyempurnakan akhlak yang mulia.

Bekerjasamalah dengan mereka yang bekerja untuk kebaikan dan taqwa, bahkan bekerjasamalah dengan seluruh orang beriman di seluruh dunia untuk membela kebenaran dan menolak kebatilan, mempertahankan keimanan dan memerangi kekufuran dan atheisme.

Perbaikilah diri kalian dan rumahtangga kalian, bersegeralah melakukan kebaikan untuk dapat memperbaiki kelompok masyarakat. Tetaplah berada disamping orang-orang yang tertindas dan terzhalimi dimana saja mereka berada guna mengembalikan hak yang terampas dan melawan kezhaliman sesama manusia.

Kembalilah kepada Qur’an yang mulia dan Sunnah Rasulullah yang mulia, sirah kehidupan Rasulullah dan dan kehidupan manusia-manusia yang agung dan shalihin. Pelajarilah dan ambillah manfaat darinya serta luruskan dan perbaikilah perjalanan hidup kalian secara kontinyu dan ketahuilah bahwa Allah senantiasa memperhatikan amal kalian dan bukan melihat pada zahir kalian. Dan teruslah berharap akan pertolongan Allah karena ia amatlah dekat;

وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ. بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

”Pada hari itu orang-orang beriman bergembira. (Dengan kemenangan yang diberikan Allah). Dia memberi kemenangan kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan Dialah Allah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengasihani.” (ar-Rum: 5)

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

”Dan katakanlah (wahai Muhammad): Beramallah kalian (akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kalian kerjakan dan kelak kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia akan memberitahukan kepada kalian apa yang kalian telah kerjakan.” (at-Taubah: 105)

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. (Yusuf:21)

_____________________________________________________________________________________

Profil Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Kedelapan

Nama: Muhammad Badi’ Al-Majid Sami

Tanggal dan tempat lahir: 7/8/1943 – Mahallah Kubra.

Status Perkawinan: Beliau adalah suami dari Sayyidah Samiyah Shinawi mantan Direktur Sekolah dakwah Islam di Beni Suef, putri dari Haji Mohammad Ali Shinawi seorang officer (pilot) dari generasi pertama jamaah Ikhwanul Muslimin yang dijatuhi hukuman mati pada tahun 1954 namun dianulir menjadi hukuman seumur hidup.

Jumlah Anak: Beliau memiliki 3 anak laki dan wanita:

1. Ammar (Insinyur komputer),

2. Bilal (radiolog),

3. Doha (farmasi),

sebagaimana beliau mempunyai 4 orang cucu yaitu: Ru’a, Habib, Iyad dan Tamim.

Pendidikan dan Prestasi:

- Bachelor of Veterinary Medicine – Kairo pada tahun 1965.

- Dosen Fakultas Kedokteran Hewan – Assiut pada tahun 1965.

- Master of Veterinary Medicine dan seorang asisten guru pada tahun 1977 di Universitas Zagazig.

- Doctor of Veterinary Medicine dan guru dari tahun 1979 di Universitas Zagazig.

- Asisten Profesor fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 1983 – Zagazig University.

- Ahli Kedokteran Hewan pada Institut hewan di Sana’a 1982-1986.

- Dosen Kedokteran Hewan di Universitas Kairo pada tahun 1987 – cabang Beni Suef.

- Ketua Departemen Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan di Beni Suef pada tahun 1990 selama dua periode.

- Wakil dekan program Pascasarjana Universitas Beni Suef fakultas Kedokteran Hewan , pada tahun 1993 untuk satu periode.

- Menjadi pembimbing 15 thesis Master dan 12 disertasi doctoral (PhD), dan puluhan penelitian ilmiah di bidang dan spesialisasinya.

Pekerjaan saat ini:

- Dosen tetap bidang Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan – Universitas Beni Suef.

Aktivitas serikat buruh:

- Sekretaris Jenderal Jenderal Persatuan Dokter Hewan untuk dua periode.

- Bendahara persatuan profesi medis untuk satu periode.

Kegiatan sosial dan ilmiah:

- Anggota Asosiasi Dewan Kesejahteraan Islam di Mahalla al-Kubra.

- Anggota dewan club staf lembaga pendidikan Universitas Kairo selama 10 tahun, dan pengawas klub cabang di Beni Suef.

- Wakil Ketua Dewan lembaga dakwah Islam di Beni Suef pada tahun 1996.

- Ketua Asosiasi Perumahan anggota staf dan asisten Universitas Beni Suef.

- Ketua Dewan Direksi patologi dan patologi klinis setingkat negara.

- Ketua lembaga Journal of Veterinary Medical Research dari Fakultas Kedokteran Hewan – Beni Suef selama 9 tahun.

- Ketua Service Center, Fakultas Kedokteran Hewan lingkungan – Beni Suef.

- Pendiri Institut Kedokteran Hewan di Republik Arab Yaman, Sanaa, selama 4 tahun dari 1982-1986, serta mendirikan peternakan unggas dan hewan pribadi, dan penerjemahan kurikulum studi untuk bahasa Arab, dan mendirikan sebuah museum ilmiah dan bidang-bidang ilmiah lainnya pada institut kedokteran hewan.

Amanah dakwah:

- Anggota kantor administrasi di Mahala al-kubra tahun 1975 .

- Ketua kantor administrasi Mahala tahun 1977.

- Ketua Asosiasi Pendidikan negeri di Yaman 1982-1986

- Anggota Kantor Administrasi Beni Suef 1986.

- Ketua kantor administrasi Beni Suef pada tahun 1990.

- Ketua Departemen Pendidikan 1994

- Anggota Maktab Irsyad Alami (internasional) sejak tahun 1996 (Utara dan Selatan dan Utara kemudian hulu Mesir sebagai pengawas Pendidikan dan generasi muda).

- Anggota dari Kantor maktab Irsyad alami dan penilik sistem pendidikan pada tahun 2007.

Posisi dalam jamaah:

- Anggota maktab Irsyad sejak tahun 1996.

- Anggota maktab Irsyad sejak tahun 2007.

Pengalaman bersama jamaah:

- Pengalaman pertama; kasus (militer): dipenjara pada tahun 1965 bersama ustadz Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin lainnya, dan dihukum 15 tahun, di mana dia menghabiskan waktu di penjara selama 9 tahun, dan meninggalkannya pada tahnggal 4/4/1974, dan kembali bekerja di Universitas Assiut, dan kemudian dipindahkan ke Universitas Zagazig, dan kemudian ia terbang ke Yaman, lalu kembali dari sana dan mengajar di Universitas Beni Suef.

- Pengalaman kedua: Dipenjara selama 75 hari dalam kasus lembaga dakwah Islam di Beni Suef pada tahun 1998, di mana ia menjadi ketua advokasi Beni Suef setelah penangkapan Haji Hasan Jaudah rahimahullah.

- Pengalaman ketiga; kasus (militer): Masalah anggota serikat buruh pada tahun 1999; di mana pengadilan militer memvonisnya lima tahun penjara, beliau menghabiskan waktu 3 tahun dan tiga perempat tahun, lalu keluar pada putaran pertama pada tiga perempat tahun pada tahun 2003.

- pengalaman keempat: pada saat diadakan pemilu lokal pada bulan April 2008 beliau dipenjara selama satu bulan.

Tulisan dan Buah Karya pada bidang Dakwah:

- Artikel dan Hadits pada situs (ikhwanonline.com) dan lain-lain.

- Tulisan dan khawatir Al-Quran (tadabbur) yang diterbitkan dalam Jurnal pada majalah (mujtama).

- Murajaah dan penyajian konsep dakwah.

Nama Dr Mohammad Badi termasuk salah satu 100 tokoh terbesar di dunia Arab dalam enslikopedi ilmiah Arab yang diterbitkan oleh lembaga Informasi Ilmiah Mesir pada tahun 1999.

ket Ikhwanul Muslimin (Organisasi Islam terbesar dunia)
al-ikhwan.net

My Blog List